Sunday, June 9, 2013



Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya mengecap bangku pendidikan hingga jenjang tinggi, bahkan ke luar negeri sekalipun. Rencana tersebut perlu mendapat sokongan dana pendidikan yang cukup besar dan itu wajib dipersiapkan sejak dini.

Perencana Keuangan Independen dari QM Financial, Ligwina Hananto memberikan beberapa tips bagi para orang tua untuk mempersiapkan dana pendidikan anak

Berikut strateginya:
1. Survei sekolah maupun perguruan tinggi sesegera mungkin.
Orang tua harus sudah mulai berpikir ke mana anak akan disekolahkan, karena memastikan sekolah ataupun perguruan tinggi sebainya tidak dadakan. Sehingga orang tua bisa melakukan tindakan pengaturan keuangan, baik dalam bentuk tabungan maupun investasi.

Ligwina mengatakan program dari sebuah universitas tiga tahun di Jakarta dan satu tahun di luar negeri sangat bagus untuk menghemat biaya ketimbang harus empat tahun di luar negeri.

"Dengan program tersebut, biaya pendidikan tidak akan terlalu mahal. Tapi penting juga agar orang tua tidak memaksakan kehendak anak ketika memtuskan pilihan sekolah dan jurusan di luar minat anak," kata Ligwina

2. Menghitung nilai masa depan
Orang tua tentu akan menghitung total kebutuhan pendidikan anak beberapa tahun ke depan. Meskipun nilanya tidak bakal sama persis, namun perkiraan harus tetap ada. Dia mencontohkan, saat ini untuk bisa menyekolahkan anak di perguruan tinggi swasta minimal Rp 60 juta.

Jika anak baru berusia satu tahun, dengan asumsi inflasi 15%, maka 17 tahun kemudian modal yang terkumpul Rp 645 juta.

"Nah untuk sampai ke investasi itu, pilihannya cuma ada dua, menabung Rp 3 juta per bulan tanpa putus selama 17 tahun. Atau investasi Rp 200 ribu setiap bulan untuk jenjang S1. Jadi kalau tidak punya Rp 3 juta, ternyata Rp 200 ribu sudah bisa memenuhi rencana tersebut," jelas Ligwina.

3. Investasi sesuai jangka waktu (pemilihan produk sesuai jangka waktu)
Jika orang tua lebih memilih investasi Rp 200 ribu per bulan, perlu menggunakan portofolio investasi berupa reksa dana yang mampu memberikan return hingga 20%, selain deposito, ORI dan lainnya. Bahkan kalangan menengah bawah pun dapat memulai investasi dalam bentuk sederhana, seperti emas.

"Kalau mau pilih investasi ketimbang menabung, orang tua harus melek investasi dulu. Jangan sampai masukin modal tapi tidak ngerti apa-apa. Tapi memang jika orang tua hanya mengandalkan tabungan, maka sudah kehilangan peluang dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia," papar Ligwina.

Kendalanya bagi masyarakat kalangan menengahbawah, menurut dia, lebih kepada pengelolaan cash flow. Dia menilai, kalangan ini punya kesulitan untuk bisa menabung bukan lantaran gaji kecil, melainkan konsumsi belanja tidak penting, diantaranya rokok, pulsa, dan sebagainya.

4. Pisahkan antara dana pendidikan dengan aset
Masih banyak masyarakat Indonesia yang mencampuradukkan dana pendidikan dengan aset orang tua. Padahal cara ini dinilai Ligwina salah, mengingat orang tua bisa saja sewaktu-waktu kehilangan rumah bahkan perusahaannya hanya karena lebih mementingkan pendidikan sang anak.

"Jangan sampai anak bisa sekolah, tapi orang tuanya bangkrut atau tidak bisa menikmati hari tua walaupun mereka seharusnya sudah memasuki masa pensiun. Nah orang tua zaman dulu begitu, segalanya diperjuangkan untuk sekolah anak," urai Ligwina.

yuk pilih-pilih sekolah untuk anak

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments


HITSTAT

Total Pageviews

Popular Post

Arsip

- Copyright © 2013 Catatan Harian Awanul Hamzah| Powered by Blogger