Saturday, October 26, 2013
Malem minggu, daripada ngaji mending malem mingguan bareng pacar, demikian yang sering terdengar dari para remaja yang sedang jatuh cinta. Mereka membolos dari tempat ngajinya, dan lebih memilih ngapelin sang kekasih pujaan hati. Apalagi karena jadwal ngaji mereka yang sudah menginjak bangku SMP sehabis Isya karena untuk yang anak TK habis asyar dan habis maghrib jatah bagi yang sudah duduk di bangku SD.
Kelakuan sebagian remaja itu membuat sebagian orang tua merasa sedih karena merasa tak bisa mendidik anak-anaknya agar tak mengikuti jejak mereka yang sampai sudah beranak-pinak masih belum lancar juga mengajinya karena tak mau mengaji saat kecilnya. Beberapa orang tua lagi karena tak mempunyai cukup waktu untuk sekedar mengajarkan anak-anaknya baca tulis Al Qur`an sehingga menyrahkan pendidikan Al Qur`an untuk anak-anaknya kepada ustadz atau guru ngaji terdekat.
Padahal memiliki anak yang sholeh dan sholehah adalah dambaan semua orang tua. Utsman bin Affan dan Hudzaifah bin al-Yaman berkata, "Seandainya hati
itu suci, tidak akan pernah puas membaca Alquran." Menjadi idaman
setiap orang tua yang mulia adalah memiliki anak yang saleh dan salehah.
Tapi, khusus bagi orang tua yang berjuang mencetak anaknya
menjadi 'Ahlul Quran' yang membaca, menghafal, mengkaji, dan mengamalkan
isi Alquran akan mendapatkan balasan yang lebih istimewa dibandingkan
orang tua lainnya.
Orang tua yang berhasil mendidik anaknya
menjadi Ahlul Quran akan dipakaikan mahkota yang terangnya melebihi
sinar matahari di surga Allah.
Dalam hal ini kita harus
berlomba dan dibolehkan iri. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak boleh iri kecuali
pada dua orang:
Orang dikaruniai oleh Allah (hafalan) Alquran,
lalu ia membacanya sepanjang malam dan sepanjang siang. Dan orang yang
dikaruniai oleh Allah harta, lalu ia menginfakkannya sepanjang malam dan
sepanjang siang."
Dibutuhkan motivasi yang kuat dari kedua orang
tua jika ingin menjadikan anak penghafal Alquran. Motivasi akan kuat
jika didasari oleh pengetahuan yang jelas tentang manfaat dan keutamaan
menjadi orang tua bagi anak penghafal ALquran.
Diriwayatkan oleh
Bukhari, at-Tirmidzi dan Abu Dawud, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya."
Di antara bentuk keutamaan Ahlul Quran dibanding orang beriman lainnya adalah seperti yang digambarkan Rasulullah SAW,
"Perumpamaan
orang beriman yang membaca Alquran seperti buah limau, aromanya harum
dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca
Alquran seperti buah kurma, tidak beraroma tapi rasanya manis.
Perumpaan orang munafik yang membaca Alquran seperti tumbuhan raihanah, baunya harum, tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seperti hazhalah (jenis labu), tidak ada aroma dan tidak ada rasa." (HR Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasai dan Abu Dawud).
Terkait
hadis di atas, Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, ada orang yang
diberi iman sekaligus diberikan Alquran, dan ada orang yang diberi iman
tapi tidak diberikan Alquran.
Menariknya, ada orang diberikan
Alquran tapi tidak diberikan iman. Dan ada pula orang yang tidak
diberikan iman dan tidak pula Alquran.
Selanjutnya, memotivasi anak terus menerus agar tertarik dan rajin mengaji serta bangga menjadi penghafal Alquran.
Nabi SAW bersabda, "Dikatakan kepada penghafal Alquran, bacalah,
naiklah dan bacalah secara murattal seperti halnya engkau membacanya
secara murattal di dunia, karena kedudukanmu ada pada di akhir ayat yang
engkau baca." (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Mulailah dengan
niat yang tulus karena Allah dan selalulah bermohon dalam doa agar
dianugerahkan anak yang Ahlul Quran. Jika keberatan dalam menangani
sendiri, maka carikan guru bantu menghafal bagi anak, carikan guru
ikhlas yang bisa mendatangkan keberkahan Allah bagi anak Anda.
Jadilah
orang tua yang mencintai Alquran agar anak dapat meneladaninya dengan
mudah, prioritaskan Alquran di hadapan anak dan tunjukkan kesungguhan
dengan rela mengorbankan apa pun demi Alquran.
Membentuk kebiasaan (habbit) anak dengan menentukan jadwal khusus untuk menghafal, menyetorkan hafalan, dan mengulangi (muraja'ah) hafalannya.
Didik dengan kedisiplinan yang kuat hingga menjadi kebiasaan yang
mengalir. Jangan sibukkan anak dengan berbagai macam kursus yang dapat
mengganggu konsentrasi hafalannya.
Gunakanlah metode yang tepat
dan sesuai dengan usia anak, upayakan agar hal ini tidak menjadi beban
yang membuat anak Anda merasa tertekan.
Anak suka dengan
kebebasan, bermain, berlomba, dan sesekali berikan kisah menarik seputar
keutamaan menjadi penghafal Alquran, tambahkan pula metode pemberian
hadiah jika sampai pada prestesai tertentu.
Menjadi kebiasaan
Umar bin Khattab dan para sahabat Rasulullah merayakan keberhasilan
anak-anak mereka yang telah mengkhatamkan Alquran.
Yang terpenting dari semua metode adalah jangan lalai dalam mengulang-ulangi (muraja'ah)
hafalan. Rasulullah SAW bersabda, "Jagalah Alquran ini, karena demi
Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia lebih cepat lepas
daripada unta dalam ikatannya." (HR Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam bish shawab.
Semoga anak-anak kita bisa menjadi penjaga Al Qur`an, amin.