Meninggalnya ibu mertuaku membuatku melangkahkan kaki menuju lampung utara. Sebetulnya sudah jauh-jauh hari diniatkan untuk menengok beliau di bulan mei ini. Namun rencana hanya tinggal rencana. Karena saat kami sekeluarga datang jangankan berkangen ria, melihat wajahnya yang terakhir kalinyapun kami tak sempat. Kami datang pas setelah acara pemakaman selesai.
Tapi tak mengapa, karena itu lebih baik buat beliau, pemakaman sebaiknya dipercepat tanpa perlu menunggu sanak saudara yang berada jauh. Menyegerakan pemakaman adalah salah satu sunnah Rasul.
Bersamaan dengan keberadaan kami di bumi ruwai jurai, kami mendapati pedagang dan pencari ikan dadakan. Hal itu disebabkan dibukanya bendungan arum, yang mengalirkan airnya ke sungai batanghari, membuat banyak ikan yang terbawa arus, lumayan bisa membuat beberapa warga disekitar sungai batanghari memperoleh rejeki tambahan. Menurut Bp. Haidir yang rumahnya tak jauh dari Sungai Batanghari, dia bisa mendapatkan ikan sebanyak 5 ember dalam sehari, dan dijual oleh istrinya dengan harga Rp. 2.000,- / canting (seukuran kaleng sus kental manis). Dalam seember itu bisa memuat 40 - 50 canting, suatu jumlah yang cukup lumayan untuk kegiatan iseng mengisi waktu luang.
|
Suasana Sungai Batanghari |
|
Sungai Batanghari |
|
Jembatan Sungai Batanghari |
|
Bp. Haidir mencari ikan |
|
Ikan Seluang yang dijual |
|
Pedagang dadakan Ikan Seluang |
|
Ikan Seluang yang baru tertangkap |