Thursday, August 8, 2013
Bagi orang-orang sholeh, kepergian Ramdhan adalah sebuah kehilangan yang amat besar, sehingga tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata karena bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera pergi
meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan
malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu
surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan. Bulan yang
awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan
dari api neraka. Bulan ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap
malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang harus masuk neraka. Bulan
ketika Allah menjadikannya sebagai penghubung antara orang-orang berdosa
yang bertaubat dan Allah Ta’ala.
Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”
Namun pada malam ini ribuan bahkan jutaan orang berpesta melepas kepergian Ramadhan karim. Dengan membakar petasan seperti terjadi perang di pasuruan , di Jombang ada yang tewas karena petasan, di pamekasan hampir terjadi perang antar warga karena petasan.
Malam yang seharusnya diisi dengan gema takbir dari mulut manusia beriman, terisi oleh gema takbir dari lantunan takbir di MP3, tape, vcd dll, sementara mulut yang seharusnya digunakan untuk mengumandangkan takbir malah dipakai untuk pesta miras.
Padahal yang bakal diberi pahala karena melantunkan takbir adalah manusia, bukan MP3 dan sejenisnya, padahal uang petasan lebih utama jika diberikan pada yang membutuhkan biar tidak mengemis disaat lebaran.
Entahlah ... apakah ini yang disebut rahmatal lil `alamin ? Aku yakin tidak, apa karena itu negeri ini selalu dirundung kedukaan ? Disaat orang-orang sholeh menangisi kepergian Ramadhan kita malah berpesta mengiringi kepergian Ramadhan.
Taqabbalallah minna wa minkum, taqabbal ya kariim, mohon maaf lahir dan batin.
Selamat jalan ramadhan semoga kita berjumpa lagi di tahun depan, semoga pembaca artikel ini menjadi manusia yang bertaqwa. Jika kita tak bertemu ramadhan lagi tahun depan, innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”
Namun pada malam ini ribuan bahkan jutaan orang berpesta melepas kepergian Ramadhan karim. Dengan membakar petasan seperti terjadi perang di pasuruan , di Jombang ada yang tewas karena petasan, di pamekasan hampir terjadi perang antar warga karena petasan.
Malam yang seharusnya diisi dengan gema takbir dari mulut manusia beriman, terisi oleh gema takbir dari lantunan takbir di MP3, tape, vcd dll, sementara mulut yang seharusnya digunakan untuk mengumandangkan takbir malah dipakai untuk pesta miras.
Padahal yang bakal diberi pahala karena melantunkan takbir adalah manusia, bukan MP3 dan sejenisnya, padahal uang petasan lebih utama jika diberikan pada yang membutuhkan biar tidak mengemis disaat lebaran.
Entahlah ... apakah ini yang disebut rahmatal lil `alamin ? Aku yakin tidak, apa karena itu negeri ini selalu dirundung kedukaan ? Disaat orang-orang sholeh menangisi kepergian Ramadhan kita malah berpesta mengiringi kepergian Ramadhan.
Taqabbalallah minna wa minkum, taqabbal ya kariim, mohon maaf lahir dan batin.
Selamat jalan ramadhan semoga kita berjumpa lagi di tahun depan, semoga pembaca artikel ini menjadi manusia yang bertaqwa. Jika kita tak bertemu ramadhan lagi tahun depan, innalillahi wa inna ilaihi rajiun.