Wednesday, August 21, 2013
Daerah senayan yang beberapa bulan lalu masih ramai dengan pedagang tanaman hias, kemarin terlihat sedikit lengang. Padahal pas bulan Ramadhan, masih ramai Nursery yang memakan jalur pejalan kaki.Cobalah tengok jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat. Trotoar di sisi selatan jalan, mulai dari Balai Sidang Senayan sampai gerbang Jalan Gelora Bung Karno, tampak lengang. Padahal,dulu ruas jalan sepanjang 500 meter itu sulit dilewati karena macet. di pinggir ruas jalan itu terdapat tanaman-tanaman hias yang dijual berjejer dan menutup hampir seluruh trotoar jalan. Nyaris tak ada tempat bagi pejalan kaki di tempat ini karena jalur pedestrian menjadi tempat etalase tanaman hias.
Kemarin trotoar itu tampak agak lengang. Tanaman-tanaman hias di sana disusun agak mundur dari biasanya. Alhasil, trotoar pun mulai terlihat wujudnya, setidaknya selebar 1,5 meter dan memudahkan pejalan kaki.
Bukan itu saja, pemandangan tanaman hias para pedagang kini bisa dinikmati mata dan tidak lagi mengganggu para pejalan kaki. Meski demikian, masih ada sebagian ruas trotoar yang masih tertutup tanaman hias. Hal itu terlihat mulai dari pintu gerbang Jalan Gelora Bung Karno sampai ke jalan asia afrika.Walaupun belum semua pedagang berbenah, kesadaran untuk meluangkan ruang bagi pedestrian itu patut diapresiasi. Pedagang sadar bahwa suatu saat bisa diusir. Apalagi setelah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta mereka mundur dua meter jika tidak ingin diusir. Pedagang tanaman hias di sekitar kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, memundurkan tanaman-tanaman yang dijualnya seusai instruksi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Mereka melakukan itu atas kesadaran mereka. Karena melihat Pemprov DKI sekarang ini tidak main-main menegakkan aturan, apalagi menyangkut fasilitas umum.
Mereka belajar dari kejadian yang sudah ada. Lihat aja Pasar Tanah Abang dan Jatinegara. PKL yang di trotoar direlokasi dan jadi nyaman berlalu lintas di sana. Mereka mundur sekitar 1,5 meter dari lokasi awalnya. Mereka melakukan pemunduran lahan berjualan karena berharap tetap diperbolehkan berjualan di tempat itu.
Kawasan tempat berjualan tanaman hias itu sebenarnya sudah seperti daerah wisata. Tempatnya juga terlihat lebih asri di banding umumnya Jakarta, mungkin karena banyaknya tanaman yang berjejer di sana. Semoga para pedagang yang berjejer di kawasan itu tidak di usir tapi tambah tertib. Kasihan juga jika mereka yang sudah sekitar sepuluh tahunana berjualan di situ terpaksa pindah tempat berjualannya.
Semoga Jakarta bisa bebas dari kemacetan, bukan seperti yang sudah-sudah BEBAS MACET ! macetnya bebas kemana saja, tapi tidak ada kemacetan di Jakarta. Capek saya kalau dari Tangerang ke Jakarta Timur makan waktu sampai 5 jam. Padahal kalau lancar paling sekitar 2 sampai 3 jam cukup.
Related Posts :
- Back to Home »
- jakarta , macet , PKL , Usaha »
- JAKARTA BEBAS MACET